Dinas Komunikasi dan Informatika bersama Forum Radio Bojonegoro (FRB) melaksanakan sosialisasi program training of trainer (TOT) bagi pengelola radio, Selasa, 13 Desember 2016 di Café WK, jalan Pondok Pinang Bojonegoro. Kegiatan tersebut dalam rangka persiapan training of trainer pendalaman pengelolaan radio, di Surabaya tanggal 23-25 Desember 2016 nanti yang mana peserta yang ditunjuk nantinya akan melaksanakan roadshow Radio Goes To School.

       Ketua FRB, Pamor Paramita menyampaikan gambaran bahwa hasil survey, radio sampai saat ini masih digemari masyarakat terutama di Bojonegoro meskipun kemajuan teknologi semakin pesat, namun ironisnya radio sulit berkembang. Kegiatan tersebut nantinya terdiri tiga sesi yaitu, sesi pertama dengan materi bagaimana cara menjual radio di era saat ini,  sesi kedua dengan materi teknik penyampaian berita dan informasi yang tepat kepada masyarakat, dan sesi ketiga dengan materi teknik penulisan berita yang tepat. Narasumber pada TOT terdiri dari tiga orang dari Suara Surabaya (SS) FM dan untuk kegiatan ini dari Bojonegoro disponsori oleh MCL (Mobile Cepu Limited) bersama SKK Migas. Rencananya seluruh peserta berangkat dari Bojonegoro siang hari tanggal 23 Desember 2016 berkumpul di Radio Istana. Peserta nantinya setelah mendapat TOT di Surabaya akan melakukan pendampingan terutama ke radio-radio komunitas di sekolah-sekolah.

       Kepala Dinas Kominfo, Kusnandaka Tjatur P, dalam arahannya kepada organisasi Forum Radio Bojonegoro (FRB), menyampaikan bahwa dengan terakuinya FRB dan juga telah memiliki status berbadan hukum, maka tantangan FRB adalah harus mampu menjaga keberlanjutan program, keberlanjutan dalam SDM, dan keberlanjutan dalam peningkatan diri. Kusnandaka Tjatur P mengingatkan bahwa biasanya dalam ritme sosial masa awal adalah perjuangan, namun pada generasi berikutnya perjuangan mulai luntur dan mulai hitung-hitungan, dan pada generasi ketiga jika itu mengarah ke positif maka akan menjadi konsorsium yang menguatkan, dan jika negatif maka akan embrio-embrio yang memandirikan. Pada konsorsium yang menguatkan pun bisa menjadi dua, jika itu positif maka akan bisa membangkitkan multiplier down efek pada yang lainnya, dan jika itu negatif maka akan menjadi organisasi yang kapitalis, akan muncul kelompok-kelompok borjuis.

       Kusnandaka Tjatur P, juga mempertegas, untuk masa mendatang apakah produk jualan FRB yang bisa mendapatkan suatu keuntungan, bagi organisasi maupun bagi masyarakat Bojonegoro pada umumnya. Kusnandaka mengajak semua anggota FRB untuk memikirkan produk jualan pada tahun 2017 langsung maupun tidak langsung. Penguatan SDM ke SMK-SMK juga merupakan invest yang sekian tahun lagi menghasilkan produk jualan yaitu orang-orang broadcasting, baik itu penyiar, teknisi, dan pembuat spot, diharapkan Bojonegoro menjadi gudangnya, bahwa kita harus selalu berfikir hasil, bahwa kita tidak boleh terlena, harus memikirkan investasi kedepan untuk menjadi mandiri.

       Kusnandaka Tjatur P juga menceritakan pengalamannya selama mengikuti OGP Summit di Paris Perancis, betapa beliau sangat mengagumi begitu indahnya begitu tinggi nilai seni yang telah dimiliki sejak abad 13-14 dan saat ini mejadi karya seni yang sangat tinggi nilainya. Dalam hal ini Bojonegoro tidak boleh menggantungkan dari minyak yang secara perhitungan tidak akan lebih dari 20-30 tahun, maka dari itu apa yang kita peroleh harus kita investasikan untuk menjadi suatu karya yang bisa kita jual dengan nilai tinggi. Di sisi lain Kusnandaka kembali mengingatkan bahwa Bojonegoro dari sisi broadcasting masih lemah, maka dari itu kita harus aktif mencari berbagai referensi untuk pengembangan broadcasting. (Nuty/Dinkominfo)


By Admin
Dibuat tanggal 13-12-2016
561 Dilihat
Bagaimana Tanggapan Anda?
Sangat Puas
79 %
Puas
7 %
Cukup Puas
0 %
Tidak Puas
14 %