Memasuki musim pancaroba ini masyarakat Bojonegoro perlu mewaspadai dan mengantisipasi serangan penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) yang diakibatkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti, dengan menjaga kebersihan lingkungan di dalam rumah maupun di luar rumah, salah satunya melalui peningkatan Gerakan Jumat Bersih untuk memberantas sarang dan jentik-jentik nyamuk.
Berdasarkan data dari Bojonegoro Dalam Angka Tahun 2018 (Badan Pusat Statisktik), perkembaangan kasus DBD di Bojonegoro mulai tahun 2008 (392 kasus), tahun 2009 (469 kasus), 2010 (583 kasus), 2011 (133 kasus), 2012 (657 kasus), 2013 (284 kasus), 2014 (151 kasus), 2015 (565 kasus), 2016 (543 kasus), 2017 (280 kasus). Jumlah meninggal akibat DBD pada tahun 2016 sebanyak 18 kasus, dan pada tahun 2017 terjadi penurunan ke 9 kasus kematian.
Masih tingginya kasus DBD tentu terus menjadi perhatian dan kewaspadaan Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, khususnya Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) yang secara khusus dan terus menerus mengingatkan masyarakat Bojonegoro tentang bahaya DBD, salah satunya melalui acara unggulannya Ayo Mas Bro (Ayo Masyarakat Bojonegoro Produktif), Jum’at 26 Oktober 2018 bersama narasumber dari Dinas Kesehatan. Media radio cukup efektif sebagai sarana berinteraksi dengan masyarakat karena jangkauannya yang luas dan murah. Tim Malowopati FM selalu siap berinteraksi melalui line telepon 0353-880999 dan telepon/whatsapp di 08113322958.
Kasi Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan, dr Wenny Diah melalui Ayo Mas Bro menjelaskan, siklus nyamuk Aedes Aegypti, totalnya 7-10 hari, mulai dari telur, telur menetas jadi larva (jentik), larva berkembang menjadi kepompong, kepompong menjadi nyamuk dewasa. Telur bisa bertahan sampai 6 bulan jika tidak ada air, kalau ada air 1-2 hari bisa menetas menjadi larva (jentik). Fase hidup sebagai larva (jentik) bisa 2-5 hari dengan posisi nungging di permukaan air, dan ini bisa diamati jelas dengan lampu senter. “Pokonya kalau ada jentik langsung bersihkan, kuras”, ucap dr. Wenny. Fase kepompong harus hati-hati, jadi perhatian karena diam , bentuknya seperti koma, dan siklusnya pendek, pagi kepompong, sore sudah menjadi nyamuk dewasa.
Selanjutnya dr. Wenny mengingatkan, hal yang juga harus menjadi perhatian adalah jam aktif menggigit nyamuk Aedes Aegypti, yaitu mulai ada sinar matahari, kalau tidak ada sinar matahari dia akan istirahat, jam menggigitnya antara jam 7 s/d 10 pagi, sore hari jam 15 s/d 17, maka hindari gigitan nyamuk di jam-jam itu. Beberapa cara menghindari gigitan nyamuk bisa dengan baju panjang, lotion anti nyamuk, jaga kebersihan lingkungan sekolah, tempat kerja, rumah, dan tempat umum.
“Sekali lagi kami tekankan disini, satu-satunya cara yang paling efektif untuk mencegah penyakit demam berdarah adalah dengan PSN 3M Plus” tekan dr Wenny. Pencegahan demam berdarah yang paling efektif dan efisien sampai saat ini adalah kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus, yaitu : 1) Menguras, adalah membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum, penampung air lemari es dan lain-lain 2) Menutup, yaitu menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air seperti drum, kendi, toren air, dan lain sebagainya; dan 3) Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular Demam Berdarah.
Kunci keberhasilan untuk menyembuhkan, bahkan menyelamatkan nyawa penderita DBD adalah dengan penanganan yang tepat waktu. Mengenal 3 fase DBD yang juga dikenal dengan “Siklus Pelana Kuda” bisa menjadi langkah awal dalam penyembuhan DBD. Istilah Siklus Pelana Kuda sendiri dibuat untuk memudahkan masyarakat dalam mengenal grafik naik-turun panas yang dialami oleh penderita DBD.
Fase Demam: Hari 1-3. Gejala awal DBD bisa dimulai dengan demam tinggi antara 39-41 derajat celsius. Demam bisa berlangsung selama 3-4 hari dan biasanya tidak dapat direda dengan obat penurun panas biasa. Walau demam bisa menjadi gejala untuk banyak penyakit, bila demam tinggi tak kunjung turun dalam waktu 2-3 hari dan disertai dengan satu atau beberapa gejala lain seperti lemas, sakit kepala, sakit di daerah bola mata, nyeri sendi dan otot, bahkan pendarahan ringan seperti pendarahan pada gusi, ataupun hilangnya nafsu makan yang disertai dengan mual muntah, sebaiknya kondisi tersebut mendapat perhatian khusus. Penanganan: Selama demam, perbanyak minum air untuk membantu menurunkan suhu tubuh dan mencegah dehidrasi. Bila demam tak kunjung reda selama 2-3 hari, jangan tunda untuk segera menemui dokter agar mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut.
Fase Kritis: Hari 3-5. Fase ini ditandai dengan demam yang mereda. Banyak penderita yang salah kaprah dengan suhu tubuh yang kembali normal atau bahkan di bawah normal, mengaitkannya dengan kesembuhan. Padahal, penderita sedang memasuki masa di mana risiko tertinggi dari DBD dapat terjadi. Saat penderita memasuki fase ini, pembuluh darah mengalami pelebaran dengan efek munculnya ruam atau bintik merah pada kulit, itulah yang sebenarnya menyebabkan suhu tubuh menurun. Padahal, saat penderita sudah memperlihatkan tanda ruam atau bintik merah pada kulit, tandanya penderita sedang berada dalam masa kritis. Bila ditangani dengan cepat dan tepat, fase Kritis bisa berlangsung tidak lebih dari 24 sampai 48 jam. Sebagian besar komplikasi yang timbul selama fase ialah perdarahan dan kelainan metabolik misalnya, hipokalsemia, hipoglikemia, atau hiperglikemia. Penanganan: Penanganan medis sudah harus didapatkan oleh penderita yang telah memasuki fase ini. Keterlambatan dalam penanganan bisa menyebabkan kematian mendadak pada penderita.
Fase Penyembuhan: Hari 6-7 Berakhirnya Fase Kritis ditandai dengan suhu tubuh yang kembali naik. Dalam fase ini, denyut nadi menguat, pendarahan berhenti, dan terjadinya perbaikan fungsi tubuh lainnya. Beberapa penderita mengaku nafsu makan mereka mulai kembali, berkurangnya bintik atau ruam merah pada kulit. Penanganan: Pemeriksaan masih diperlukan untuk melihat perkembangan penyembuhan. Walau DBD bisa menimbulkan komplikasi, dengan mendapatkan perawatan yang tepat, DBD bisa sembuh tanpa meninggalkan gejala sisa. (Nuty/Dinkominfo)
Sangat Puas
76 % |
Puas
6 % |
Cukup Puas
6 % |
Tidak Puas
12 % |