Masyarakat di seluruh belahan dunia termasuk Indonesia merayakan hari radio sedunia setiap tanggal 13 Pebruari. Tahun 2019 ini, UNESCO memilih tema "Dialog, Toleransi, dan Perdamaian". Tema tersebut memiliki makna, siaran radio menyediakan tempat untuk dialog dan debat demokratis tentang berbagai isu, seperti migrasi atau kekerasan terhadap perempuan, membantu meningkatkan kesadaran para pendengar, menginspirasi, serta membuka perspektif baru dalam membuka jalan bagi tindakan positif.
Menurut Irfan Wahyudi, pengamat media Universitas Airlangga Surabaya, radio, utamanya radio yang ada di daerah memiliki peran yang sangat krusial untuk menyampaikan informasi dari pusat agar tetap sama ketika sampai kepada masyarakat di akar rumput. Biasanya bisa dipahami berbeda jika sampai di daerah atau akar rumput, sehingga radio bisa menyamakan dengan tidak ada pengurangan dan penambahan. Irfan menilai, masyarakat Indonesia yang masih dalam proses menuju digitalisasi membuat radio menjadi salah satu media yang paling mudah dinikmati masyarakat. Ini kemudian menjadi masuk akal untuk toleransi, saling menghargai, sangat bagus. Sudah diakui dunia, misal komunitas radio di dunia, bagaimana perdamain bisa disebar lewat seluruh radio itu sangat luas. Peran radio yang sangat besar dalam menjaga toleransi dan perdamaian, perlu disadari oleh semua pelaku industri radio. Ia mengingatkan agar mereka tetap menjaga marwah radio dalam perannya menjaga perdamaian.
Mengenal Hari Radio Sedunia setiap 13 Pebruari, mengingatkan kita untuk mengetahui sejarahnya. Tahukah, ingatkah kita sejarah munculnya radio, bagaimana sejarah hari radio sedunia? Hari radio sedunia adalah tentang merayakan radio, mengapa kita menyukainya dan mengapa kita membutuhkannya hari ini lebih dari sebelumnya. Radio adalah salah satu media yang digunakan seluruh orang di dunia untuk mendapatkan berbagai macam informasi, kelebihan dari radio juga karena bisa menjangkau masyarakat terpencil dan juga memudahkan para penderita keterbatasan untuk melihat.
Hari radio sedunia mulai diproklamirkan pada tanggal 3 November 2011 oleh Konferensi Umum ke-36 UNESCO setelah sebelumnya telah diusulkan oleh Kerajaan Spanyol pada tanggal 20 September 2010.
Kemudian Dewan Eksekutif UNESCO memasukan agenda tersebut dalam agenda sementara untuk memproklamirkan Hari Radio Sedunia pada tanggal 29 September 2011.
Setelah itu UNESCO melakukan konsultasi luas pada tahun 2011 dengan berbagai pemaku kepentingan dan jawaban yang didapatkan adalah sebanyak 91% mendukung Hari Radio Sedunia, dukungan resmi juga mengalir dari berbagai lembaga penyiaran di seluruh dunia. Hasil dari konsultasi tersebut dapat dilihat dalam dokumen UNESCO 187 EX/13 Setahun setelahnya pada bulan Desember 2012, Majelis Umum PBB mengesahkan Hari Radio Sedunia, sehingga menjadi hari yang dapat dirayakan oleh semua negara anggota PBB.
Hari Radio Sedunia yang dirayakan setiap tahunnya memiliki tema berbeda-beda, pada tahun 2014 mendapatkan tema “Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan di Radio”. Pada tahun 2015, UNESCO mengusulkan tema “Muda dan Radio”. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan partisipan anak muda di dunia radio. Mengajak kaum muda untuk menciptakan konten radio dan meningkatkan kekuatan radio sebagai media. Pada tahun 2016 mengambil tema “Peran Radio Dalam Keadaan Darurat dan Bencana”. Tema ini bertujuan untuk membangun kemitraan dengan sektor kemanusiaan, akses cepat frekuensi yang dimiliki radio sangat penting untuk menyelamatkan nyawa sehingga frekuensi ini harus dilindungi pada saat darurat. Dalam tema tersebut, radio diartikan sebagai kebebasan untuk berekspresi dan juga radio sebagai salah satu media yang memiliki dampak sosial dan menyediakan akses terhadap informasi untuk masyarakat banyak.
Adapun tema ”Radio Anda” menjadi tema hari radio pada tahun 2017. Tema ini dipilih bertujuan untuk merayakan bagaimana masyarakat bisa berinteraksi dengan radio yang dimilikinya, tema tersebut juga menyoroti bagaimana pandangan dan berbagai keragaman masyarakat terwakili dalam glombang udara. Seiring perkembangan dunia digital, keberadaan radio pun semakin sedikit. Lebih banyak masyarakat yang lebih memilih untuk mendengarkan musik melalui aplikasi yang sudah tersedia di smartphone mereka. Namun masih ada sebagian orang yang terus melestarikannya, radio pernah menjadi penyambung lidah antara pemimpin dan juga masyarakat Indonesia saat masa kemerdekaan.
Selanjutnya, tema hari radio sedunia 2018 adalah “Radio dan Olahraga”. Makna dari tema yaitu pada tahun 2018 tersebut adalah banyak diadakannya peristiwa olahraga penting, peristiwa-peristiwa yang mampu mengkonektivitaskan hati dan jiwa dari semua orang di seluruh dunia. Oleh kerena itu, semua kantor radio di seluruh dunia supaya memanifestasikan keindahan olahraga dengan semua keanekaragamannya, memuliakan mata-mata olahraga tradisional yang mengaitkan semua orang dengan pusaka budaya, jenis-jenis olahraga mendasar yang mengaitkan komunitas dan kisah-kisah yang penuh ilham tentang gender dan kesetaraan gender dalam olahraga. Pada Hari Radio Sedunia tahun 2018, UNESCO ingin menekankan faktor-faktor seperti keanekaragaman dalam memuat peristiwa-peristiwa olahraga; kesetaraan gender dalam memuat peristiwa-peristiwa olahraga; mendorong perdamaian dan perkembangan melalui pemuatan peristiwa-peristiwa. (Nuty/Dinkominfo)
Sangat Puas
76 % |
Puas
6 % |
Cukup Puas
6 % |
Tidak Puas
12 % |