Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro menggelar pengajian dalam rangka memperingati Isra' Mi'raj Nabi Besar Muhammad SAW dengan pembicara KH. Najib Muhammad dari Jombang dan dimeriahkan oleh Grup Sholawat "Ahbaabul Musthofa" bersama Syecher Mania, Rabu malam (03/04/2019) bertempat di Pendopo Malowopati Pemkab. Pengajian tersebut dihadiri Ibu Bupati Bojonegoro beserta Suami, Wakil Bupati Bojonegoro beserta Istri, Kapolres Bojonegoro, Dandim 0813 Bojonegoro, KH Maimun Syafi'i (Rais Syuriah PC NU Bojonegoro), Pejabat Eselon dan staf masing-masing SKPD (yang masing-masing diwakili sekitar 15 orang), dan masyarakat Bojonegoro.  

Ibu Bupati Bojonegoro, DR. Hj. Anna Mu’awanah dalam sambutannya menyampaikan terima kasih atas kehadiran semua pihak untuk merayakan hari besar umat Islam, Isra’ Mi’raj, sebagai bentuk rasa syukur dan terus mengingat-ingat mukjizat peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Besar Muhammad SAW.

Secara istilah, Isra' adalah berjalan di waktu malam hari, sedangkan Mi'raj adalah alat (tangga) untuk naik. Isra mempunyai pengertian perjalanan Nabi Muhammad SAW pada waktu malam hari dari Masjid Al Haram Mekkah ke Masjid Al Aqsha di Palestina. Miraj adalah kelanjutan perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjid Al Aqsha di Palestina ke langit ke-7 (Sidratul Muntaha). Di langit tertinggi ini tempat Nabi Muhammad saw "bertemu" dengan Allah SWT. Isra’ Miraj adalah kisah perjalanan Nabi Muhammad SAW ke langit ke tujuh dalam waktu semalam.

KH. Najib Muhammad dalam tausiyahnya mengingatkan bahwa Al Quran itu multi fungsi dan multi dimensi. Al Quran  itu dibaca oleh siapapun dalam keadaan apapun adalah pantas, dan multi fungsi bisa dibaca untuk acara peringatan, pernikahan, dan lain-lain.

Ayat pada Al Quran yang menjelaskan tentang peristiwa Isra’ Mi’raj adalah QS. 17:1. Arti ayat tersebut adalah “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya untuk Kami perlihatkan kepadanyasebagian tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. Dalam menyampaikan berita terjadinya peristiwa Mi'raj ini, Allah memulainya dengan kata-kata "Subhana" (Maha suci) ... kata-kata "Subhana" ini akan memberikan pengertian dalam hati seseorang bahwa disana ada kekuatan yang jauh dari segala macam perbandingan, kekuatan yang jauh melampaui segala kekuatan manusia dimuka bumi.

Maka makna kata "Subhanallah" ialah bahwa Allah itu Maha Suci DzatNya, SifatNya dan PerbuatanNya dari segala kesamaan. Kalu ada suatu macam perbuatan atau peristiwa yang disitu Allah mengatakan bahwa"Peristiwa itu Dia melakukan" maka kita harus mensucikan Dia dari segala undang-undang dan ketentuan yang berlaku untuk manusia, dan kita tidak boleh mengukur perbuatan Allah itu dengan perbuatan kita. Oleh karena itulah maka surat ini dimulaiNya dengan kata-kata "Subhana" (Maha Suci) sehingga akan timbul kesan didalam hati manusia bahwa peristiwa itu benar-benar peristiwa ajaib dan diluar jangkauan akal dan kemampuan manusia.

Lebih lanjut Gus Najib menjelaskan bahwa peristiwa Isra’ Mi’raj adalah hari pertama kali turunnya perintah sholat lima waktu. Imam Al-Bukhari meriwayatkan, pada saat peristiwa Mi’raj, Nabi Muhammad SAW berada di Baitul Ma’mur, Allah SWT mewajibkannya beserta umat Islam yang dipimpinnya untuk mengerjakan shalat limapuluh kali sehari-semalam. Nabi Muhammad SAW menerima begitu saja dan langsung bergegas. Namun Nabi Musa AS memperingatkan, umat Muhammad tidak akan kuat dengan limapuluh waktu itu. ”Aku telah belajar dari pengalaman umat manusia sebelum kamu. Aku pernah mengurusi Bani Israil yang sangat rumit. Kembalilah kepada Tuhanmu dan mitalah keringanan untuk umatmu”. Nabi Muhammad SAW kembali menghadap Allah, meminta keringanan dan ternyata dikabulkan. Tidak lagi lima puluh waktu, tapi sepuluh waktu saja. Namun Nabi Musa AS tetap tidak yakin umat Muhammad mampu melakukan shalat sepuluh waktu itu. ”Mintalah lagi keringanan.” Nabi kembali dan akhirnya memperoleh keringanan, menjadi hanya lima waktu saja.

Isra’ Mi’raj merupakan perjalanan yang sangat luar biasa dan dahsyat. Isra’ yang artinya perjalanan Rasulullah SAW dari Masjidil Haram di Mekkah menuju ke Masjidil Aqso di Yerussalem yang masih berada dalam satu dimensi dengan menggunakan kecepatan cahaya yang kecepatannya sekitar kurang lebih 300.000 km/s. Sedangkan Mi’raj artinya perjalanan Rasulullah SAW dari Masjidil Aqso menuju ke Sidratul Muntaha dengan menaiki sebuah kendaraan yang bernama “Bouraq” dan dengan pengawalan dari Malaikat Jibril dan beberapa Malaikat lainnya juga, tapi Malaikat-Malaikat itu hanya bisa mengawal dan mengantarkan Rasulullah SAW sampai langit ke-7 saja. Hal itu juga dikarenakan Malaikat adalah makhluk dimensi 9 yang hanya bisa hidup maksimal di alam yang berdimensi 9 (langit ke-7), sedangkan Rasulullah melakukan perjalanan atas kehendak Allah SWT sehingga mampu untuk bisa sampai Sidratul Muntaha. (Nuty/Dinkominfo)


By Admin
Dibuat tanggal 04-04-2019
896 Dilihat
Bagaimana Tanggapan Anda?
Sangat Puas
74 %
Puas
11 %
Cukup Puas
5 %
Tidak Puas
11 %