Taruna Satlak Hiu bekerja sama dengan Dinas Komunikasi dan Informasi (Dinkominfo) Kabupaten Bojonegoro menggelar Malam Inagurasi Latsitardanus XXXIX/2019 Kamis malam (11/04/2019) bertempat di lapangan SMPN 1 Bubulan, Desa Bubulan, Kecamatan Bubulan, Bojonegoro. Kegiatan ini menandai puncak rangkaian kegiatan selama di wilayah Kecamatan Bubulan.
Malam Inagurasi tersebut dihadiri Wakil Bupati Bojonegoro Drs. H. Budi Irawanto, M.Pd, Sekda Kabupaten Bojonegoro Yayan Rohman AP,MM, Komandan Satlak Hiu Letkol Laut (T) Andry Kuswoyo, ST, M.Tr (Hanla), Dandim 0813 Bojonegoro Letkol Arh Redinal Dewanto, S.Sos, pejabat Forkopimda Kabupaten Bojonegoro, Kepala OPD Kabupaten Bojonegoro, Camat Bubulan Agus S. Hardiyanto, S.STP., M.M., Kepala Desa dan Forpimca wilayah Kecamatan Bubulan, tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat. Kegiatan dimeriahkan dengan berbagai kesenian pertunjukan rakyat, diantaranya Tari Tengul dari Sanggar Tari Angling Dharmo Bojonegoro, Campursari Tombo Ati Bojonegoro, Band Taruna dan hiburan pelawak terkenal Bojonegoro yaitu Gento Cs.
Wakil Bupati Bojonegoro Drs. H. Budi Irawanto, M.Pd dalam sambutannya menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh jajaran yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan fisik dan non fisik Latsitardanus XXXIX/2019 di wilayah Bojonegoro sehingga program latihan dapat terlaksana dengan lancar. “Kepada Taruna dan Taruni saya berpesan agar kelak dapat tetap menjunjung tinggi profesionalisme dan integritas dalam melaksanakan tugas kedinasan dimasa yang akan datang”, pesan Drs. H. Budi Irawanto, M.Pd.
Beliau juga menjelaskan bahwa Latsitardanus XXXIX/2019 ini merupakan program terpadu dan lintas sektoral sebagai wujud kepedulian TNI/Polri kepada masyarakat, dan berharap semoga Latsitardanus tahun ini yang digelar di Bojonegoro selama 12 hari tersebut memberi nuansa lain bagi semua peserta, sehingga nantinya dapat membentuk mentalitas yang kuat, disiplin, dan berintegritas bagi masyarakat, bangsa dan negara.
Sementara itu Komandan Satlak Hiu Letkol Laut (T) Andry Kuswoyo, S.T., M.Tr (Hanla) menyampaikan, selama 12 hari kegiatan Latsitardanus XXXIX/2019 di wilayah Kecamatan Bubulan telah berjalan lancar dan mendapat sambutan hangat yang luar biasa dari masyarakat. Itu semua berkat bantuan, kerjasama dan perhatian seluruh masyarakat Bojonegoro serta Pemkab Bojonegoro dan jajarannya. “Hal ini mendapat apresiasi dan penghargaan yang tinggi dari pimpinan kami, untuk itu sekali lagi saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh masyarakat Bojonegoro. Malam ini kami mohon pamit karena besok akan kembali ke Surabaya sekaligus mohon maaf atas segala kekurangan dari para taruna, praja dan mahasiswa dan staf Satlak Hiu selama berada di Kecamatan Bubulan”, ucap Andry Kuswoyo.
Pada kesempatan malam inagurasi tersebut juga dilaksanakan pemberian cinderamata berupa miniatur KRI Bima Suci dari Dansatlak Hiu kepada Pemkab Bojonegoro yang diterima oleh Wakil Bupati Bojonegoro, dan cinderamata dari Taruna Satlak Hiu kepada pejabat Pemkab Bojonegoro.
Masyarakat Bubulan mendapatkan kesan yang sangat baik selama Latsitardanus XXXIX/2019. Hal itu diungkapkan seorang tokoh masyarakat Bubulan. Pak Nurhadi (65) mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan mengungkapkan bahwa keberadaan para Taruna di kecamatan Bubulan membuat dirinya merasa adem dan panas. Merasa adem karena hatinya sangat sejuk, semranak, tidak stress karena ditungguin para Taruna yang telah mengabdikan diri dengan bhakti sosial dan karya bhakti bagi masyarakat Bubulan selama 12 hari. Dirinya juga merasa panas karena merasa belum bisa memberikan apa-apa untuk membalas budi para Taruna selama mengabdi di Bubulan. “Seumur hidup saya di Bubulan, baru kali ini desa kami dikunjungi adik-adik Taruna calon pemimpin bangsa”, ungkap Nurhadi rasa haru. Nurhadi juga telah memberi nama Monumen Tugu Integrasi Taruna Satlak Hiu dengan sebutan Tugu Selokerto. Selo berarti batu, sedangkan Kerto berarti jauh dari ancaman. “Dengan berdirinya Tugu Selokerto ini menandakan harapan agar kecamatan Bubulan dijauhkan dari malapetaka, dijauhkan dari bencana, diberikan amanah menjadi masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Nurhadi juga menceritakan, dahulu ditempat Monumen Tugu Integrasi Taruna Satlak Hiu berdiri saat ini, terdapat sebuah tugu yang biasa disebut masyarakat dengan nama ‘Gubuk Dhuwur’, yaitu sebuah bangunan setinggi 25 meter sebagai tempat pengawas hutan pada masa pemerintahan penjajah Belanda. Setiap pengawas yang menembak dari atas gubuk itu, pasti akan mengenai sasaran. (Nuty/Dinkominfo)
Sangat Puas
76 % |
Puas
6 % |
Cukup Puas
6 % |
Tidak Puas
12 % |