Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Bojonegoro bersama narasumber-narasumber terbaik terus berupaya tingkatkan pelayanan berbagai informasi demi mendukung terciptanya masyarakat Bojonegoro Produktif. Narasumber dari Dinas Kesehatan (Dinkes) melalui program siar unggulan Ayo Mas Bro edisi Jum’at (26/04/2019), terus mengajak masyarakat Bojonegoro untuk semakin sadar pentingnya imunisasi lengkap. Tema kali ini menjadi lebih spesial karena bertepatan dengan hari Peringatan Imunisasi Dunia (PID) bersama narasumber Paiman, S.Kep.Ns., M.Kes (Kasi Surveilans dan Imunisasi), Defitri Pebrika, dan Eni Sumiasih. Arvie Hendra Wijaya, host Malowopati FM yang memandu Ayo Mas Bro kembali menginformasikan bahwa masyarakat tetap dapat mengikuti Ayo Mas Bro secara live streaming facebook dengan nama akun ‘mitra malowopati’, streaming radio di ‘www.radiomalowopati.online’, dan juga bisa bergabung melalui WhatsApp nomor 08113322958.

Eni Sumiasih dari Seksi Pengendalian Penyakit, Dinkes menjelaskan untuk tema kali ini merupakan rangkaian lanjutan dari tema 5 April 2019 lalu tentang Posyandu, bahwa imunisasi menjadi bagian penting dari Posyandu. “Tentang pentingnya imunisasi, bapak/Ibu jaman now, generasi milenia lebih sadar tentang imunisasi dibandingkan generasi-generasi yang lalu. Meski tidak menutup kemungkinan ada beberapa golongan tertentu yang masih menolak imunisasi karena pertimbangan sisi agama atau lainnya”, ungkapnya. Imunisasi saat ini sudah menjadi program nasional. Imunisasi adalah suatu proses untuk membuat seseorang itu menjadi imun (kebal) dengan cara memberikan vaksin. Vaksin yang dimasukkan akan membentuk kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit tertentu. Karena pentingnya maka imunisasi dimulai dari bayi baru lahir harus diberikan imunisasi.

“Mulai bayi baru lahir sampai usia 1 tahun bayi minimal harus mendapat 5 Imunisasi Dasar Lengkap. Mulai bayi lahir procot sampai berusia kurang dari 24 jam diberikan imunisasi Hepatitis B (HB-0), usia 1 bulan diberikan (BCG dan Polio 1), usia 2 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2), usia 3 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 2 dan Polio 3), usia 4 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 3, Polio 4 dan IPV atau Polio suntik), dan usia 9 bulan diberikan (Campak atau MR)”, terang Eni.

Untuk imunisasi lanjutan, bayi bawah dua tahun (Baduta) usia 18 bulan diberikan imunisasi (DPT-HB-Hib dan Campak/MR), kelas 1 SD/madrasah/sederajat diberikan (DT dan Campak/MR), kelas 2 dan 5 SD/madrasah/sederajat diberikan (Td). Vaksin Hepatitis B (HB) diberikan untuk mencegah penyakit Hepatitis B yang dapat menyebabkan pengerasan hati yang berujung pada kegagalan fungsi hati dan kanker hati. Imunisasi BCG diberikan guna mencegah penyakit tuberkulosis. Imunisasi Polio tetes diberikan 4 kali pada usia 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan untuk mencegah lumpuh layu. Imunisasi polio suntik pun diberikan 1 kali pada usia 4 bulan agar kekebalan yang terbentuk semakin sempurna. Imunisasi Campak diberikan untuk mencegah penyakit campak yang dapat mengakibatkan radang paru berat (pneumonia), diare atau menyerang otak.

Imunisasi MR diberikan untuk mencegah penyakit campak sekaligus rubella. Rubella pada anak merupakan penyakit ringan, namun apabila menular ke ibu hamil, terutama pada periode awal kehamilannya, dapat berakibat pada keguguran atau bayi yang dilahirkan menderita cacat bawaan, seperti tuli, katarak, dan gangguan jantung bawaan. Vaksin DPT-HB-HIB diberikan guna mencegah 6 penyakit, yakni Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B, serta Pneumonia (radang paru) dan Meningitis (radang selaput otak) yang disebabkan infeksi kuman Hib.

Sementara itu Paiman Kasi Surveilans dan Imunisasi Dinkes mengungkapkan kebenaran isu negatif yang berkembang saat ini tentang vaksinasi, imunisasi khususnya MR. “Namun saat ini sudah ada fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 4 Tahun 2016 yang menyebutkan bahwa pada dasarnya imunisasi itu dibolehkan atau mubah. Fatwa terbaru tentang vaksin MR Nomor 33 Tahun 2018 yang menyebutkan bahwa penggunaan vaksin MR itu mubah, karena memenuhi persyaratan kedaruratan. Vaksin MR itupun aman, sesuai hasil penelitian Badan POM dinyatakan aman, dan sudah digunakan di beberapa negara Islam di dunia”, ungkapnya.

Lebih lanjut Paiman menyampaikan berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Dinkes khususnya dalam rangka peningkatan imunisasi dasar lengkap dan imunisasi lanjutan. Pertama, melakukan advokasi dan sosialisasi kepada pengambil kebijakan, tokoh masyarakat, MUI, Fatayat, Muslimat, Tim Penggerak PKK, termasuk juga media sosial untuk menyampaikan informasi manfaat dan keamanan vaksinasi. Kedua, dalam rangka peningkatan cakupan imunisasi dasar lengkap dan lanjutan juga dilakukan peningkatan SDM di Dinkes dan jajarannya melalui pertemuan dan pelatihan guna meningkatkan mutu pelayanan.

Kondisi sampai saat ini di Bojonegoro, terkait proyeksi cakupan imunisasi tahun 2018 sebesar 109,41%, namun setelah dianalisa masih ada bayi yang drop out tidak mendapat imunisasi dasar lengkap sebanyak 6,39%, dan lanjutan sebesar 16,77%. Untuk menutup kesenjangan anak yang tidak mendapat imunisasi lengkap tersebut, pada tanggal 24-30 April 2019, dalam rangka peringatan Pekan Imunisasi Dunia (PID), Dinkes akan melakukan Back Lock Fighting (BLF) atau penyulaman kepada bayi dan anak-anak yang belum lengkap imunisasinya. “Kami himbau kepada ibu-ibu yang bayi/anaknya belum lengkap imunisasi dasar lengkap dan lanjutannya bisa melihat raport buku KIA, jika belum lengkap agar datang ke Posyandu/Ponkesdes/Puskesmas Pembantu/Puskesmas untuk melengkapi imunisasi bayi/anaknya”, kata Paiman. Untuk kondisi Bojonegoro, penolakan yang terjadi terhadap imunisasi sifatnya individual, karena orang tua menolak imunisasi, namun berbagai upaya telah berhasil dilakukan agar mereka sadar.

Defitri Pebrika dari Seksi Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dinkes menambahkan, terkait efek samping imunisasi atau Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang paling sering adalah demam ringan (38 derajat C), nyeri dan bengkak di lokasi penyuntikan serta bayi agak rewel. Untuk KIPI vaksinasi MR kadang timbul bercak-bercak merah biasanya berlangsung 3-4 hari. “Bila anak mengalami KIPI seperti itu, anak bisa diberi obat penurun panas setiap 4 jam, jangan diselimuti dan terus diberi ASI. Jika terjadi bengkak bisa dikompres air hangat. Jika sampai terjadi alergi vaksin tertentu seperti kejang-kejang agar segera merujuk ke Puskesmas terdekat. (Nuty/Dinkominfo)


By Admin
Dibuat tanggal 27-04-2019
630 Dilihat
Bagaimana Tanggapan Anda?
Sangat Puas
79 %
Puas
7 %
Cukup Puas
0 %
Tidak Puas
14 %