Upacara Peringatan Hari Ibu (PHI) ke-91 Tahun 2019 di Alun-Alun Bojonegoro, Minggu (22/12/2019) dengan semua peserta dan petugas berkostum adat berlangsung dengan khidmat dan meriah. Bertindak selaku Inspektur Upacara, Ibu Bupati Bojonegoro DR. Hj. Anna Mu’awanah pimpin upacara tersebut dengan petugas upacara yang semuanya kaum perempuan.
Dalam sambutan yang dibacakan oleh Ibu Bupati Bojonegoro, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia (PPPA RI), I Gusti Ayu Bintang Darmawati mengingatkan bahwa hakekat Peringatan Hari Ibu (PHI) setiap tahunnya adalah mengingatkan seluruh rakyat Indonesia, terutama generasi muda akan arti dan makna Hari Ibu sebagai sebuah momentum kebangkitan bangsa, penggalangan rasa persatuan dan kesatuan serta gerak perjuangan perempuan yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
“Untuk itu sebagai apresiasi atas gerakan yang bersejarah ini, PHI ditetapkan setiap tanggal 22 Desember sebagai hari nasional, sekaligus sebagai tonggak sejarah bagi bangsa Indonesia dan diperingati setiap tahunnya, baik di dalam maupun luar negeri”, ungkap Menteri PPPA RI dalam amanat yang dibacakan Ibu Bupati.
Agar kaum perempuan mendapat pengakuan atas eksistensinya dalam berbagai sektor pembangunan, Menteri PPPA RI berharap agar kaum ibu mau dengan kesadarannya sendiri untuk aktif mengembangkan potensi dan kemampuan diri agar kualitas hidupnya semakin meningkat. Hal ini sejalan dengan arahan Presiden Republik Indonesia dimana di dalam pembangunan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak menekankan 5 isu prioritas yaitu: (1) Peningkatan pemberdayaan perempuan dalam kewirausahaan, (2) Peningkatan peran keluarga dalam pendidikan anak. (3) penurunan kekerasan terhadap perempuan dan anak. (4) Penurunan pekerja anak dan (5) Pencegahan perkawinan anak.
Kelima prioritas isu pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak tersebut harus terkoordinasi dan tersinergi dengan baik oleh seluruh elemen bangsa mulai dari pemerintah, organisasi kemasyarakatan, dunia usaha, media dan masyarakat agar tujuan pembangunan dapat tercapai secara optimal sebagaimana tema PHI tahun ini yaitu “Perempuan Berdaya Indonesia Maju”. Tema ini dibangun dengan melihat situasi dan kondisi bangsa Indonesia yang masih mengalami berbagai permasalahan seperti kekerasan, perlakukan diskriminatif terhadap perempuan dan lain-lain.
“Mengatasi kondisi tersebut memerlukan berbagai strategi, pelibatan semua unsur masyarakat dan multistakeholder sangat diperlukan, termasuk peran laki-laki dalam kampanye-kampanye atau gerakan yang mendukung pencegahan kekerasan, dan pencapaian kesetaraan gender”, ungkap Beliau.
Lebih lanjut disampaikan, Perempuan Indonesia masa kini adalah perempuan yang harus sadar bahwa mereka mempunyai akses dan memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki untuk memperoleh sumber daya, seperti akses terhadap ekonomi , politik, sosial dan sebagainya. Begitu juga pengasuhan dalam keluarga, peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan dalam pengasuhan anak tidak hanya orangtua namun perlu didukung oleh semua pihak.
PHI diharapkan sebagai momen penting untuk mendorong semua pemangku kepentingan guna memberikan perhatian, pengakuan, akan pentingnya eksistensi perempuan dalam berbagai sektor pembangunan dan pada akhirnya memeberikan keyakinan yang besar bahwa perempuan akan mampu meningkatkan kualitas hidupnya serta mengembangkan segala potensi dan kemampuan sebagai motor penggerak dan sekaligus agen perubahan.
Kondisi tersebut memerlukan berbagai strategi pelibatan semua unsur dan multistakeholder sangat diperlukan termasuk peran laki-laki dan kampanye-kampanye/gerakan yang mendukung pencegahan kekerasan dan pencapaian kesetaraan gender ‘He For She’ menjadi salah satu komitemen global yang harus digelorakan sampai akar rumput. (Nuty/Dinkominfo)
Sangat Puas
76 % |
Puas
6 % |
Cukup Puas
6 % |
Tidak Puas
12 % |