Dirjen Aplikasi Informatika (Aptika) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) RI, Semuel Abrijani Pangerepan B.Sc memberikan apresiasi terhadap perencanaan, implementasi dan monitoring-evaluasi yang telah dilakukan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro terkait Smart City dan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE). Hal tersebut diungkapkan saat Beliau menjadi narasumber pada kegiatan Akselerasi Implementasi Smart City dan SPBE yang digelar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro melalui Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Rabu (26/02/2020) di ruang Angling Darmo Pemkab.
“Transformasi digital mau tidak mau harus terjadi. Nah ini yang kita harus apresiasi, Bojonegoro memiliki leader (Ibu Bupati Bojonegoro) yang paham kedepannya bagaimana. Kalau ini sesuatu yang harus terjadi, itu bisa terjadi dengan sendirinya atau kita rencanakan. Bojonegoro memilih untuk merencanakan, jadi mengetahui apa yang akan dilakukan. Untuk itu kita harus apresiasi, terima kasih Ibu Anna”, ucap Semuel.
Semuel Abrijani mengungkapkan data bahwa di Indonesia sampai saat ini jumlah handphone yang dimiliki pengguna sebanyak 355,5 juta, pengguna internet 171,17 juta, pengguna aktif media sosial sebanyak 150 juta, dan pengguna sosial media yang mobile sebanyak 130 juta. Menurutnya penting dalam transformasi digital ada tiga pilar yang perlu diperhatikan yaitu Digital Citizen (melalui pengembangan masyarakat agar berdaya dan mencapai potensi terbaiknya), Digital Economy (melalui fasilitasi dan optimasi aktivitas ekonomi dan bisnis yang berbasis teknologi digital), serta Digital Government (melalui standarisasi dan integrasi pelayanan bagi kesejahteraan masyarakat).
Lebih lanjut Semuel menjelaskan, di Renstra Kemenkominfo 5 tahun kedepan, 50 juta orang di Indonesia harus terliterasi digital. Kenapa itu penting, jika kita lihat banyak orang tertipu, kemakan hoaks, banyak orang yang menjadi korban di era digital karena mereka tidak punya kesadaran dan tidak punya pengetahuan digital. Padahal di internet sudah ada rambu-rambu. Kesadaran pertama bahwa di ruang digital kita tidak bisa bersembunyi, ruang digital adalah ruang kaca yang kemanapun kita pergi kita bisa dilacak jejaknya. Kesadaran kedua, bahwa apa yang kita lihat, baca, tonton, dengarkan tidak bisa dipercaya sampai sumbernya bisa dipercaya, jadi harus dicari sumbernya.
“Nah untuk mencari sumber itu perlu pengetahuan, setelah googling harus mengetahui siapa yang punya credential otoritas untuk menyampaikan informasi itu siapa. Nantinya kita tidak perlu memerangi hoaks, lebih baik meng-empower masyarakat sehingga bisa menjadi filter terhadap dirinya. Untuk Bojonegoro dengan penduduk 1,3 juta, kita mulai seperempatnya untuk melakukan literasi digital. Ada pelatihan-pelatihan segala umur, nanti agar mereka menjadi agent of change untuk merubah lainnya”, tutur Beliau. (Nuty/Dinkominfo)
Sangat Puas
75 % |
Puas
6 % |
Cukup Puas
6 % |
Tidak Puas
13 % |