Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro terus mendorong peningkatan index inovasi daerah melalui OPD-OPD terkait utamanya dalam pelayanan publik. Melalui Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) diselenggarakan sosialisasi kegiatan Penganugerahan Indeks Inovasi Daerah, Innovative Government Award (IGA) dan Inotek Award Tahun 2021, Selasa (04/05/2021) bertempat di Partnership room gedung Pemkab lantai 4. Kegiatan dihadiri Asisten Perekonomian dan Pembangunan (Kusnandaka Tjatur P), Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan Dan SDM (Ninik Susmiati), Kepala Bappeda, dan diikuti OPD-OPD terkait.

Kusnandaka Tjatur P dalam arahannya menyampaikan, berbicara inovasi ada suatu pemikiran mendasar yang harus dipahami bersama-sama untuk dapat meraih apa yang kita harapkan. “Hari ini adalah untuk menyamakan persepsi/frekuensi, bagaimana Bojonegoro, apa yang dilakukan Pemkab, semua jajaran ASN mendapat pengakuan/ penghargaan, walaupun itu bukan tujuan. Namun manakala kegiatan program dan sekaligus apa yang kita lakukan dalam pencapaian dapat ternilai baik maka ukuran apa yang kita lakukan sudah on the track,” tuturnya.

Mengingat pengalaman meraih IGA Award Tahun 2012 dan TOP 99 Sinovik Kusnandaka menyampaikan, pertama, inovasi baru dikatakan inovasi manakala ada runtutan target-target kerja yang sudah tertuang dalam RPJMD setiap 5 tahun sekali. RPJMD berhasil manakala kita bisa mencapai sasaran-sasaran yang telah terukur antara lain Indicator Kinerja Utama (IKU), indikator di tujuan, indikator di sasaran, dan indikator makro. Kedua, terkait dukungan administrasi bahwa semua inovasi, perubahan, aktifitas minimal pernah dibicarakan di forum pembahasan yang dikuatkan dengan daftar hadir, berita acara, termasuk dokumentasinya, dan tertuang dalam regulasi.

  Pada proses seleksi, saat kita melakukan pengisian kuesioner kita pilih kalimat yang tepat yang memberikan gambaran keseluruhan bisa terangkum. Di era teknologi informasi maka kegiatan yang kita rencanakan sebagai tolok ukur hasil kerja seyogyanya dipublikasikan secara online melalui media sosial, media IT. Sehingga saat menguraikan kalimat terbatas diberikan link pemberitaan atau youtube atas informasi itu maka akan mendapat informasi yang banyak. Hal berikutnya adalah dukungan SDM yang tepat. Ketiga, adalah membandingkan sebelum dan setelah inovasi. Keempat adalah hasil inovasi itu sendiri.

Lebih lanjut Kusnandaka menjelaskan, hal-hal yang perlu dikuatkan ada beberapa area Inovasi. Area inovasi administrasi, inovasi manajemen, inovasi kebijakan, inovasi frugal, Inovasi teknologi, dan inovasi sosial. Tahun 2020 ada 22 usulan inovasi OPD. Tahun 2021 ini ada naik 100% menjadi 44 usulan inovasi. “Tentu harapannya karena sekian lama kita tertingal belum masuk tingkat nasional, semoga dengan 44 inovasi OPD dan 28 inovasi Puskesmas ada yang masuk tingkat nasional,” harapnya.

Kusnandaka menambahkan, agar inovasi betul-betul mempunyai daya dukung maka mekanisme kolaborasi pentahelic harus dilakukan. Pentahelic terdiri dari pertama, masyarakat yang mana sebagai sasaran harus paham dan merasakan adanya perubahan-perubahan. Kedua, akademisi dilibatkan untuk mendukung metodologi inovasi dengan kaidah yang terstruktur, sehingga suatu saat bisa direplikasi dan ditingkatkan. Ketiga dunia bisnis yang akan mendorong ekonomi.

Keempat, melibatkan jurnalis yang tidak dimaknai sempit, tetapi masyarakat/netizen dengan adanya medsos menjadi bagian yang dilibatkan. “Hendaknya inovasi-inovasi OPD dipublikasikan secara aktif di medsos. Dan seluruh medsos instansi, individu, ASN ikut men-share inovasi itu. Kelima, adalah government. Karena yang menilai adalah government tingkat lebih tinggi, maka komunikasi dengan mereka harus kita kuatkan,” tandasnya.

Kusnandaka berharap, dengan jadwal pelaksanaan yang ketat. Bulan April penjaringan, Juli pengukuran index di masing-masing, 17 September untuk persentasi, dan Oktober adalah validasi lapangan. Oleh karena itu masing-masing OPD bisa menghitung mundur apa yang dilakukan untuk persiapan. Masing-masing OPD agar aktif berkoordinasi terutama jika ada perubahan-perubahan.

Selanjutnya Staf Ahli Bupati Ninik Susmiati menyampaikan evaluasi IGA tahun 2020 yang mana masih kekurangan data dukung dokumentasi foto dan video. 44 inovasi tahun ini agar benar-benar dilengkapi data dukungnya. Inovasi tidak lepas dari 5 hal kebaruan, efektif, bermanfaat, dapat diaplikasikan ditempat lain, dapat diadopsi, berkelanjutan. “Inovasi adalah jalan pintas untuk menuju suatu kemajuan yang lebih baik. Tanpa inovasi mustahil kita dapat bersaing. Kita ketinggalan inovasi maka akan lenyap dan tersisih,” tandasnya.

Sementara itu Anang Prasetyo, Kabid dari Bappeda menyampaikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2017 tentang Inovasi Daerah ada 5 kriteria yang harus dicukupi. Yang paling utama adalah adanya pembaharuan baik itu dalam tata kelola, pelayanan, maupun lainnya. Kedua, inovasi harus bermanfaat untuk masyarakat, ada nilai tambah. Ketiga, dengan kepentingan publik. Keempat, kaitan dengan urusan dan kewenangan Pemda adalah inovasi di pelayanan dasar dan non dasar. Kelima adalah replikasi, artinya bisa diadopsi oleh Pemkab lain. “Dari hasil evaluasi tahun 2020 untuk peringkat IGA Bojonegoro mendapat predikat Sangat Inovatif. Menempati peringkat 85 dari semua kab/kota yang dinilai,” ungkapnya. (Nuty/Kominfo)


By Admin
Dibuat tanggal 04-05-2021
38 Dilihat
Bagaimana Tanggapan Anda?
Sangat Puas
76 %
Puas
10 %
Cukup Puas
5 %
Tidak Puas
10 %