Proses Gerakan Menuju 100 Smart City yang merupakan program nasional melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, telah dimulai di Bojonegoro. Rangkaian awal program tersebut adalah dengan diselenggarakannya Bimbingan Teknis Gerakan Menuju 100 Smart City oleh Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Bojonegoro pada hari Senin s/d Selasa, 17-18 Juli 2017 bertempat di partnership room Gedung Pemkab Bojonegoro lantai 4. Kegiatan yang berlangsung selama 2 hari tersebut selain diikuti oleh pejabat dari OPD juga dihadiri kalangan perbankan, pebisnis, akademisi, Polres, Dewan TIK, NGO, dan RTIK.
Asisten Administrasi Umum, Yayan Rohman dalam pembukaan kegiatan Bimtek menyampaikan sambutan Bupati Bojonegoro, diantaranya harapan agar melalui bimbingan teknis tersebut diberikan pencerahan yang seluas-luasnya tentang apa yang dimaksud dengan smart city, bagaimana pengembangannya serta strategi apa yang diperlukan untuk penguatan. Bojonegoro saat ini telah mewakili Indonesia dalam kancah internasional dalam hal keterbukaan pemerintahan yang mana ada 5 rencana aksi yang telah dirumuskan yaitu revolusi data, penguatan akuntabilitas pemerintahan desa, penguatan transparansi anggaran pemerintahan, implementasi open data kontrak, dan penguatan kualitas pelayanan publik. Tentunya dengan smart city kedepan harus mendukung capaian-capaian dimaksud. Permasalahan yang lain terkait ijin, kesehatan, pendidikan, reformasi birokrasi dan infrastruktur harus dicarikan solusi secara tuntas melalui ICT. Dan untuk mendukung semuanya telah ditetapkan Keputusan Bupati Bojonegoro Nomor 188/157/KEP/412.013/2017 tanggal 13 Juli 2017 tentang Dewan Bojonegoro Smart City.
Dewan Bojonegoro Smart City tersebut seperti disampaikan oleh Kepala Dinas Kominfo Kusnandaka Tjatur P memiliki 5 Pokja antara lain Pokja Smart Government, Smart Services, Smart Security, Smart Economy dan Smart Environment.
“Cheklist pertama setelah penandatanganan MoU adalah pembentukan semacam tim seperti Dewan Bojonegoro Smart City. Bimtek ini juga dalam rangka menyamakan persepsi tentang smart city”, demikian disampaikan narasumber pendamping gerakan Menuju 100 Smart City, Hari Kusdaryanto. "Smart City itu bukan teknologi informasi dan aplikasi, smart city memprioritaskan penuntasan permasalahan" terang Hari Kusdaryanto di depan 80 orang peserta bimbingan teknis. Menurut Alumnus Universitas Airlangga Surabaya ini, sebenarnya istilah smart city itu tidak baku, daerah bisa menyebut sesuai kearifan lokal, misal kota pintar, kota cerdas maupun istilah lainya, pada dasarnya smart city serupa Sustainable Development Girls (SDGs) di waktu lalu.
Bimbingan Teknis tersebut di hari pertama berupa interaksi materi dan di hari kedua berupa forum diskusi grup dan presentasi masing-masing pokja yang mana diharapkan tersusun usulan tentang cara-cara cerdas mengatasi persoalan masyarakat di Kabupaten Bojonegoro.
Hari Kusdaryanto dalam paparannya menyampaikan bahwa Smart City memanfaatkan teknologi sebagai enabler untuk menjadikan kota/daerah yang layak huni, nyaman, mudah, sehat , aman, dan berkelanjutan. Leadership Merupakan Kunci Sukses Smart City. Ekosistem Smart City di Indonesia yang harus dibangun meliputi 4 pilar yaitu government, technology partner/industri partner, asosiasi/ komunitas/ akademisi/ konsultan, dan media partner. Elemen Pembangunan Smart City terdiri dari :
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
Sangat Puas
74 % |
Puas
11 % |
Cukup Puas
5 % |
Tidak Puas
11 % |