Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) selenggarakan Bimtek Menuju Smart City Tahap II, bertempat di Co-Creating Room Gedung Pemkab Bojonegoro lantai 2, dengan  pendamping dari Citiasia Indonesia (Hari Kusdariyanto) dan Direktorat E-Gov Kementerian Kominfo (Samsul). Bimtek ini merupakan tahap lanjutan dari Bimtek tahap pertama 17-18 Juli 2017 lalu. Bimtek diikuti kurang lebih 30 Perwakilan SKPD  diantaranya dari Bappeda, Bapenda, Dinas Koperasi dan UM, Dinas Dinas Kesehatan, RSUD Bojonegoro, Dinas Perdagangan, Dinas PM & PTSP, Dinas Perindustrian dan Naker, Dinas Sosial, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Pemadam Kebakaran, BPBD, Dinas PU Bina Marga, Dinas Perhubungan, Dinas PMD, Bagian Humas dan Protokol, serta Bagian Pembangunan.

       Plh Kepala Dinas Kominfo, Ngasiaji dalam laporannya menyampaikan bahwa bimtek tahap II ini terkait dengan bagaimana pemetaan master plan smart city di Kabupaten Bojongoro di masing-masing bidang, tentunya untuk merumuskan hal-hal apa yang harus di-smart-kan. “Kita dari 100 Kabupaten/Kota, Bojonegoro merupakan yang pertama terpilih sebagai 25 Kabupaten/Kota dalam Gerakan Menuju Smart City”, terang Ngasiaji. Ngasiaji juga menyampaikan bahwa bimtek akan berlangsung sampai 4 tahap, yang mana tahap ketiga dan keempat pada bulan September dan Oktober. “Tentunya pada tahap keempat nanti buku tentang rumusan smart city Bojonegoro harus sudah jadi”, harap Ngasiaji.  

       Asisten Administrasi Umum Setda, Yayan Rohman saat membuka bimtek menegaskan bahwa bimtek harus benar-benar diikuti dengan baik karena sifatnya benar-benar teknis agar bagaimana smart city di masing-masing SKPD sudah dipastikan dan sebenarnya persiapan untuk menuju smart city ini sudah dimulai oleh Bojonegoro sejak 9-10 tahun lalu dalam bentuk tradisi-tradisi dan budaya-budaya yang telah kita lakukan, agar bagaimana masyarakat bisa lebih efektif, dan ekonomis. “Saya berharap kepada seluruh Bapak/Ibu peserta agar imajinasinya dikembangkan karena butuh imaginasi, beda dengan mengerjakan surat pertanggungjawaban yang tidak boleh ada imajinasi disitu. Imajinasi harus diperkuat, ketika dituangkan dalam aplikasi baru dapat dilaksanakan, khususnya untuk pelayanan kepada masyarakat”, terang Yayan Rohman. Sebagai contoh, di Bojonegoro saat ini pun telah tersedia layanan belanja online untuk keperluan rumah tangga, barang sampai di depan rumah tanpa perlu memberi tips. Yayan Rohman menambahkan bahwa beberapa waktu lalu KPK RI juga mendorong agar TPP diberikan sesuai beban kerja masing-masing ASN dan tentunya kinerja harus meningkat.

       Dalam penjelasannya, Kabid Layanan E-Gov Alit Saksama Purnayoga menuturkan bahwa pada Bimtek/workshop tahap II ini memiliki target harus menerbitkan draft buku Master Plan Smart City Kabupaten Bojonegoro sebagai pedoman pengembangan daerah sampai 10 tahun kedepan. Materi yang diulas dalam bimtek tahap II ini terkait analisis masa depan smart city, kesiapan daerah, serta layanan unggulan di berbagai bidang. “Pelaksanaan bimtek/workshop smart city II kali ini juga membahas tentang kesiapan bojonegoro untuk menampilkan inovasi unggulannya di Jakarta pada expo/pameran smart city di bulan november 2017 nanti, dimana bojonegoro mengusulkan open data contract dan revolusi data sebagai inovasi yang utama sebagai quick win”,  terang Alit.

       Hari Kusdariyanto pendamping bimtek smart city menyampaikan bahwa bulan nopember 2017 nanti quick win gerakan menuju 100 smart city ini akan dilaunching besar-besaran bersama 25 Kabupaten/Kota terpilih, dihadiri pula oleh BAPPENAS, Kementerian Kominfo, KSP yang akan didokumentasikan/dipublikasikan oleh grup Kompas Gramedia serta juga akan dibukukan. “Ini bukan master plan TIK, bukan master plan-nya Kominfo, ini master plan smart city, ini lintas kepala daerah, bagaimana mimpi Bojonegoro 5-10 tahun kedepan jika memakai pendekatan smart city. Dalam hal ini salah satu tugas kominfo adalah penyediaan infrastruktur, pendampingan pengembangan aplikasi dan tata kelola, sedangkan konten dan strategi suksesnya harus dari SKPD terkait”, jelas Hari Kusdariyanto.

       Hari Kusdariyanto mencontohkan terkait pelaksanaan smart investasi, harus mampu memilih dari sekian puluh komoditas agar dipilih mana yang unggulan dan memiliki daya ungkit ekonomi paling besar dan dibahas bersama-sama oleh semua pihak bagaimana strateginya dengan pendekatan smart city. “Misal itu komoditi batik, bisa kompetitif apa tidak, bisa bersaing dengan batik Solo, Batik Lasem, Batik Madura atau tidak?. Bojonegoro akan diasosiasikan dengan apa?”, tegas Hari Kusdariyanto. (Nuty/Dinkominfo)


By Admin
Dibuat tanggal 30-08-2017
336 Dilihat
Bagaimana Tanggapan Anda?
Sangat Puas
73 %
Puas
7 %
Cukup Puas
7 %
Tidak Puas
13 %