Dalam rangka pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Unggul, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) dengan tema "Desa Grebek Kota Menuju Smart Technology" di Smart Technology Building, Pusdiklat Bojonegoro, Dusun Kedungrejo Desa Ngumpakdalem Kecamatan Dander, pada hari Kamis (16/01/2020).
FGD tersebut menghadirkan narasumber DR. Ismail Fahmi, PhD, Founder aplikasi Drone Emprit dan Media Kernel Indonesia serta pakar analisa media sosial tingkat internasional dan yang merupakan putra daerah dari Desa Kenep Kecamatan Balen. FGD dibuka langsung oleh Ibu Bupati Bojonegoro DR. Hj. Anna Mu’awanah yang juga bertindak sebagai narasumber, didampingi unsur Forkompinda yaitu Ketua DPRD Bojonegoro, Komandan Kodim 0813 Bojonegoro, Ketua Pengadilan Negeri Bojonegoro, Kepala Bakorwil Bojonegoro.
FGD diikuti sekitar 500 peserta yang terdiri dari Semua Kepala OPD, Camat se Kab. Bojonegoro, 100 Kepala Desa Percontohan Implementasi aplikasi Sistem Informasi Desa (SID), Ketua dan anggota Dewan TIK, komunitas RTIK, Blogger, Mahasiswa beberapa Perguruan Tinggi di Bojonegoro, komunitas jurnalis, dan perwakilan Kange Yune Bojonegoro.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Kusnandaka Tjatur P dalam laporannya menyampaikan, kegiatan tersebut dilakukan sebagai jawaban bahwa di era revolusi industri 4.0 banyak hal yang diperlukan untuk kematangan pada seluruh elemen dan sektor di dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan sebagaimana diatur dalam Perpres 95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) yang saat ini tengah digodok untuk ditingkatkan menjadi undang-undang. Menurut Perpres Nomor 39 Tahun 2019 tentang Satu Data Indonesia yang mana ada perubahan besar dalam tata kelola pemerintahan dan pelayanan-pelayanan kepada masyarakat dan harus dikuatkan berbasis elektronik.
“Keterkaitan dengan itu ada 3 aspek utama yang menjadi pilar dalam keberhasilan implementasi SPBE yaitu People (SDM), Proccess, dan Resources. Dari ketiganya, yang harus dipersiapkan pertama dan utama dan akan sangat berpengaruh pada pilar lainnya adalah People (SDM). Oleh karena itu di era industri 4.0 ini skill yang sangat dibutuhkan dalam resources people yaitu keterampilan sosial, kompetensi berinteraksi dengan berbagai budaya, dan literasi baru baik dalam bentuk big data, teknologi, keahlian coding, humanities, cyber security dan berbagai turunannya”, terang Kusnandaka.
Selanjutnya Ibu Bupati Bojonegoro, DR. Hj. Anna Mu’awanah sebagai narasumber dalam arahannya menyampaikan bahwa diselenggarakannya FGD di lokasi yang cukup jauh masuk ke pelosok desa, dalam rangka pemanfaatan gedung dengan jumlah peserta yang cukup banyak dari beberapa jaringan-jaringan komunitas, dengan harapan makin banyak yang mendengar maka makin baik. sekaligus dapat menyampaikan hasilnya kepada masyarakat luas.
“Istilah Desa Grebek Kota sudah kami terjemahkan, yang artinya bukan orangnya yang datang, tetapi teknologi goalnya yang bisa ditransfer di kota. Jadi awalnya lari ke kota, artinya orang desa juga bisa berpartisipasi, orang dari daerah jauh juga bisa memberikan sumbangan pemikiran, ilmu, akses ekonomi, akses pembangunan, dan akses kebijakan”, terang Beliau
Beliau menegaskan, apakah yang telah kita lakukan untuk 4.0, apakah cukup kita sebagai user, ataukah kita menjadi bagian untuk ikut di dalam transformasi teknologi. Sehingga ikhtiar Pemkab Bojonegoro adalah SDM yang siap pakai untuk di bidang transformasi teknologi nanti dapat digunakan di tingkat kabupaten, provinsi, nasional, serta internasional. “Tidak ada yang tidak mungkin, sudah tidak ada jarak lagi mulai dari dusun sampai internasional. Pendidikan dan pelatihan dapat dilakukan di gedung berlokasi di pelosok desa ini”, tandas Beliau.
Lebih lanjut Beliau menandaskan, dengan cara peningkatan SDM di bidang teknologi informasi bagi semua usia produktif terutama bagi yang memiliki talent melalui diklat yang berkelanjutan di Gedung Smart Technology itu nantinya, maka tingkat pengurangan pengangguran dapat terwujud. “Apa yang menjadi cita-cita Pemkab Bojonegoro tersebut harus didukung semua elemen masyarakat. Karena teknologi dapat digunakan secara maksimal jika masyarakat sendiri mempunyai mindset yang sama. Maka melalui FGD tersebut, kita semua menyamakan mindset terlebih dahulu. Misalnya saat RSUD Sosodoro melaunching aplikasi pendaftaran dan lainnya, tetapi ketika masyarakat tidak aware, tidak ingin mengetahui, tidak ingin menggunakan itu maka aplikasi itu tidak termanfaatkan dengan optimal, karena belum mempunyai cara pandang yang sama. Kita belajar untuk terus melakukan apa yang menjadi program Smart City atau Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE), sehingga bisa kita dukung bersama-sama.
Sementara itu, DR. Ismail Fahmi menyampaikan analisis singkatnya bahwa Bojonegoro adalah kota yang banyak dibicarakan di medsos twitter, dan youtube. Hal ini menandakan bahwa Kabupaten Bojonegoro merupakan kota yang lumayan populer. Rating tertinggi yang membahas Bojonegoro adalah di twitter. Menurutnya, rencana smart city tidak bisa didapat dari usaha Bupati saja, tetapi harus ada juga usaha dari seluruh masyarakat.
“Desa Cerdas (Smart Village) diharapkan dapat terwujud untuk semua desa, bukan hanya Alun-alun dan Pemkab Bojonegoro saja yang smart. Tetapi semua desa yang ada di Kabupaten Bojonegoro adalah desa yang cerdas atau menjadi smart village. Semua potensi desa terpromosikan lewat kecanggihan teknologi melalui berbagai media sosial. Keberadaan berbagai potensi Bojonegoro semakin dicari banyak orang, baik itu melalui Facebook, Twiiter, Youtube, Instagram. Smart City harus melibatkan semua warga dan bermanfaat bagi warga dan dapat berjalan jika ada koneksi internet”, tandasnya. (Nuty/Dinkominfo)
Sangat Puas
75 % |
Puas
6 % |
Cukup Puas
6 % |
Tidak Puas
13 % |