Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Kabupaten Bojonegoro menggelar Kelas Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo), Kamis (11/12/2025), bertempat di aula Dispusip. Kegiatan ini menjadi ruang belajar inklusif bagi masyarakat dari berbagai latar belakang. Mulai dari pegawai, guru, ibu rumah tangga, hingga anak-anak untuk memahami dan mempraktikkan bahasa isyarat sebagai jembatan komunikasi dan kepedulian sosial.
Kepala Dispusip Kabupaten Bojonegoro, Erick Firdaus, menyampaikan bahwa pelatihan Bisindo merupakan kegiatan yang masih jarang diadakan. “Kami kemarin diskusi, bagaimana jika program TPBIS kita wujudkan melalui pelatihan bahasa isyarat. Bahasa isyarat ini kan digunakan oleh komunitas tertentu, tetapi sekarang juga menjadi bahasa pendamping di banyak acara. Dengan melihat urgensi dan pentingnya penggunaan bahasa isyarat, masyarakat harus mendapatkan hak yang sama dalam komunikasi,” ujarnya.
Erick menambahkan, kemampuan berbahasa isyarat dapat membantu masyarakat berinteraksi dengan teman tuli dalam berbagai situasi. “Kita tidak pernah tahu kapan harus berkomunikasi dengan orang-orang yang memiliki keterbatasan tersebut. Dengan bisa bahasa isyarat, justru memudahkan kita saling memahami,” lanjutnya.
Ia juga mengajak seluruh peserta untuk menjadi anggota perpustakaan yang dapat diakses secara gratis, baik secara fisik maupun melalui aplikasi E-Maos yang kini menyediakan lebih dari 3.500 judul buku digital.
Kegiatan ini terselenggara berkat kerja sama dengan Gerakan untuk Kesejahteraan Tuli Indonesia (Gerkatin) Bojonegoro. Pelatihan dipandu oleh teman dengar, Agung, dan teman tuli, Ugik, yang membawa suasana kelas menjadi hidup, penuh semangat, dan saling mendukung.
Sesi pertama dimulai dengan pengenalan huruf abjad Bisindo. Ugik mengajarkan satu per satu gerakan dengan sabar, sementara peserta mengikuti dengan antusias, beberapa di antaranya tampak tersenyum lebar ketika berhasil menirukan gerakan dengan benar. Setelah itu, peserta diajak merangkai kalimat perkenalan sederhana, sebelum memasuki sesi permainan “copy isyarat”. Suasana ruangan seketika dipenuhi tawa ketika peserta berlomba menirukan gerakan-gerakan cepat yang ditunjukkan di depan kelas.
Dalam penyampaiannya, Ugik menekankan bahwa belajar bahasa isyarat harus dilakukan dengan percaya diri. “Tidak perlu malu atau ragu. Bahasa isyarat itu harus penuh semangat dan ekspresif. Jangan takut salah,” ungkapnya. Ia berharap kegiatan seperti ini dapat menumbuhkan lebih banyak penerjemah bahasa isyarat di Bojonegoro, mengingat saat ini jumlahnya baru dua orang.
Ia juga menambahkan bahwa belajar Bisindo bisa dilanjutkan melalui Pusbisindo atau mengikuti sesi belajar bersama yang sering ia gelar di Alun-Alun Bojonegoro maupun di kelas Dunia Imajinasi miliknya.
Melalui kelas ini, Dispusip Bojonegoro berharap ruang perpustakaan tidak hanya menjadi tempat membaca, tetapi juga ruang penguatan empati, keterbukaan, dan inklusi sosial bagi seluruh masyarakat. Dengan belajar berbahasa isyarat, masyarakat diajak untuk semakin memahami bahwa komunikasi adalah hak setiap orang tanpa kecuali.[zul/nn/ans]
|
|
|
|
|
Sangat Puas
76 % |
Puas
10 % |
Cukup Puas
5 % |
Tidak Puas
10 % |