Ayo Masbro edisi Jum’at (27/11/2020), terus secara bekelanjutan membantu mengedukasi masyarakat, khususnya di bidang kesehatan. tentang penyakit menular HIV/AIDS. Dipandu penyiar Lia Yunita, siara ini dapat diikuti secara live streaming facebook dengan nama akun ‘mitra malowopati’ dan nasruli.chusna’. Line interaktif untuk Mitra Setia Malowopati tersedia melalui nomor WhatsApp nomor 08113322958.

dr.Lucky Imroah Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat menjelaskan  HIV/AIDS paling mudah ditularkan melalui darah. Sementara itu, janin dalam kandungan ibunya mendapatkan asupan makanan dari darah melalui tali plasenta. Bayi atau janin dalam kandungan makan lewat tali plasenta. Peristiwa ini menjadi tempat darah bertukar, karena virus HIV/AIDS ada di dalam darah.

Seorang yang dinyatakan positif HIV/AIDS dapat menularkan virus tersebut pada bayinya selama kehamilan, persalinan, atau menyusui. HIV/AIDS paling mudah ditularkan melalui darah. Sementara itu, janin dalam kandungan ibunya mendapatkan asupan makanan dari darah melalui tali plasenta.

Bayi atau janin dalam kandungan makan lewat tali plasenta. Peristiwa ini menjadi tempat darah bertukar, karena virus HIV/AIDS ada di dalam darah. Itulah proses penularan HIV/AIDS dari Ibu ke janin. Maka itu, ibu hamil yang terdeteksi positif HIV wajib meminum obat antiretroviral (ARV). Cara ini sangat efektif untuk menekan jumlah virus dalam darah, sehingga mengurangi risiko penularan.

Penularan HIV dari Ibu ke Janin ada dasarnya, risikopenularan HIV/AIDS dari ibu hamil yang positif kemungkinan sekitar 2-10 persen. Penularan dapat terjadi sejak masa awal kehamilan, persalinan hingga menyusui. Kebanyakan anak di bawah usia 10 tahun yang tertular HIV dari ibunya, terjadi sejak dalam kandungan.

Itulah sebabnya, ibu hamil yang positif HIV harus rutin melakukan pemeriksaan darah untuk membantu ibu mendeteksi segala kemungkinan sedini mungkin. Tindakan ini sangat membantu menentukan apa yang harus dilakukan untuk menekan risiko kemungkinan tertular pada janin.

Untuk mengetahui proses penularan virus HIV dari ibu ke janin perlu dilakukan pemeriksaan. Melalui serangkaian pemeriksaan, setidaknya dapat diketahui kapan kemungkinan bayi mulai terinfeksi. Penularan dalam kandungan terjadi melalui tali plasenta, saat terjadi pertukaran asupan makanan untuk janin.

Selain dapat menular sejak dalam kandungan, biasanya seorang anak dapat mengalami HIV saat peristiwa persalinan. Pada tahap ini, bayi dapat tertular darah atau cairan milik ibu yang terinfeksi HIV. Umumnya cairan ini mungkin telah terminum oleh bayi, sehingga virus yang terkandung di dalamnya mulai menginfeksi tubuh bayi.

Ibu yang positif terinfeksi HIV biasanya ditemukan virus pada cairan yang keluar dari sekitar area organ intim. Di samping itu, sekitar 21 % dari virus itu juga ditemukan pada bayi yang dilahirkan. Hanya saja besarnya paparan pada proses persalinan sangat dipengaruhi dengan beberapa factor. Seperti kadar HIV pada cairan vagina, cara persalinan, ulkus serviks, dan permukaan dinding vagina. Selain itu, ada pula factor infeksi cairan ketuban, ketuban pecah dini, serta persalinan premature yang juga dapat mempengaruhinya.

Perlu diketahu juga bahwa penularan HIV juga dapat terjadi selama ibu menyusui bayi. Proses penularan melalui air susu ibu (ASI) bahkan dapat meningkat hingga dua kali lipat. Risiko penularan melalui ASI dapat mencapai 5 hingga 20 persen. HIV dapat terkandung dalam ASI dalam jumlah yang cukup banyak.

Selain melalui ASI, beberapa kondisi ketika menyusui juga bisa meningkatkan risiko penularan HIV. Seperti terjadinya luka di sekitar putting susu, luka di mulut bayi, hingga terganggu fungsi kekebalan tubuh bayi. Risiko penularan HIV melalui ASI dan proses menyusui terjadi pada 3 dari 100 anak per tahun.

Namun, ibu tidak perlu khawatir, ada cara yang dapat dilakukan untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke janin. Ibu hamil disarankan untuk mengonsumsi obat antiretroval untuk mencegah penularan pada janin. Hanya saja untuk mengonsumsi obat ini ibu harus mendapatkan rekomendasi dari dokter. Maka itu, sebaiknya lakukan pemeriksaan kandungan secara rutin, apalagi jika ibu memiliki riwayat atau potensi untuk memiliki HIV/AIDS.  

BISAKAH DI CEGAH ?

Menurut Prof DR dr Samsuridjal Djauzi dari Kelompok Studi Khusus (Pokdisus) AIDS Fakultas Kedoteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit CiptoMangunkusumo Jakarta, pencegahan penularan HIV dari Ibu hamil ke bayi dapat dilakukan dengan tiga cara, yakni

  1. Ibu hamil harus minum obat antiretroviral (ARV)
  2. Menjalani proses persalinan melalui operasi Caesar
  3. Pemberian susu buatan

Anjuran setiap wanita yang merencanakan kehamilan untuk menjalani pemeriksaan tes hepatitis B, HIV, dan beberapa tes lain. Karena semakin dini terdeteksi, risiko penularan virus HIV ke bayi dapat ditekan seminimalkan mungkin.

“Namun dari pengalaman selama saya berpraktik, kebanyakan ibu hamil dating ke rumah sakit sudah hamil besar. Bahkan, ada yang dating ketika mau melahirkan sehingga kesempatan untuk menggunakan ARV menjadi amat pendek, “ katanya. Menurut Samsurdjal, jika seseorang menggunakan obat ARV dengan teratur dan baik, maka dalam kurun waktu 6 bulan jumlah HIV dalam darah menurun bahkan tidak dapat terdeteksi. tandas dr.Lucky Imroah


By Admin
Dibuat tanggal 27-11-2020
20969 Dilihat
Bagaimana Tanggapan Anda?
Sangat Puas
79 %
Puas
7 %
Cukup Puas
0 %
Tidak Puas
14 %